YES,I AM

YES,I AM

Rabu, 20 November 2013

KONFLIK BATIN



                                     KONFLIK BATIN, SEBAB DAN CARA MENGATASINYA


       Konflik batin, mungkin bagi kita kata itu sudah tidak asing lagi, bahkan setiap manusia mengalaminya. Konflik batin terjadi bisa karena banyak faktor-faktor memicu. Foktor – faktor itu jika terjadi konflik batin dengan diri sendiri biasanya kita melakukan kesalahan atau berbuat dosa, penyesalan dan lain-lain. Namun jika konflik terjadi dengan orang lain biasanya karena perbedaan pendapat, egoisme yang tinggi dan lain-lain. Dan setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk mengatasinya. Tak mudah untuk menyelesaikan masalah karena harus ada kekompakkan antara dua belah pihak atau lebih yang mengalami konflik tersebut.
Konflik batin bisa dengan diri sendiri atau orang lain. Nah,,, saya juga pernah mengalami hal tersebut kebanyakan dengan saudara laki-laki saya alias adik. Banyak hal yang memicu saya dan saudara saya mengalami konflik tersebut, dari hal sekecilpun. Kebanyakkan konflik batin yang terjadi antara saya dengan adik karena beda pendapat, beda keinginan dan lain-lain. Mungkin karena antara saya dan adik mementingkan ego. Namun sebenarnya itu wajar asal tidak keluar batas, maksudnya sampai terjadi pertumpahan darah. Karena jika itu terjadi mungkin menambah masalah bukan menyelesaikan maslah. Bahkan setiap keluarga didunia pasti mengalami konflik batin. Dan tidak mungkin setiap orang tidak mengalami hal tersebut, karena dengan adanya konflik membuat saya dan adik menjadi lebih dewasa untuk mengatasi suatu masalah bahkan semua orang.

Setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Dan jalan keluar itu hanya kita yang bisa menanganinya karena kita mengalami konflik tersebut. Sebenarnya ada banyak cara untuk menyelesaikan konflik batin antara saya dan adik saya. Namun yang sering saya lakukan yaitu berdiam diri sejenak dan kemudian meminta maaf. Sebagai kakak sebenarnya saya harus mengalah dengan adik mungkin karena gengsi atau mementingkan ego sehingga konflik itu bisa terjadi. Wajar, karena manusia tidak sempurna dan nafsu yang besar.Setidaknya ada manfaat dari adanya konflik batin ini.

Jumat, 08 November 2013

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PROSES KEDEWASAAN ANAK

Pada dasarnya keluarga adalah faktor internal yang mempengaruhi perilaku anak, bagaimana anak akan membentuk kepribadian sesuai pola asuh orang tua.

Adapun macam-macam pola asuh orang tua yaitu;

Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua:



1.  Pola asuh Demokratis


Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan  kepentingananak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.



2.  Pola asuh Otoriter


Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.



3.  Pola asuh Permisif


Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.



4.  Pola asuh Penelantar


Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.



Menurut Diane Baumrind dalam Djiwandono (1989: 23-24) pola asuh orang tua dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:



1.  Pola asuh Demokratis


Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis ini yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.



2.  Pola asuh Otoriter


Pola asuh otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Menurut Danny (1986: 96), pola asuh otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.

3.  Pola asuh Permisif


Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Moesono (1993: 18) menjelaskan bahwa pelaksanaan pola asuh permisif atau dikenalpula dengan pola asuh serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.

Dari macam-macam pola asuh tersebut, dimana yang terpenting yang dibutuhkan anak dari orang tuanya adalah kasih sayang,perhatian,dan kepedulian. Sehingga pada diri anak akan terbentuk pribadi yang baik.

Selain itu orang tua juga berperan sebagai teman sebagai tempat curahan hati. Sehinga hubungan antara anak dengan orang tua semakin erat.

      Kemudian akan tumbuh pada anak sifat peduli terhadap lingkungan. Karena pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada anak. Meskipun lingkungan sekitar berpengaruh lebih besar terhadap tingkahlaku dirinya. Namun setidaknya melalui keluarga tepatnya pola asuh orang tua, anak mengetahui lebih dini mana yang baik dan mana yang buruk. Melalui pola asuh anak secara perlahan akan mencontoh perilaku orang tuannya.

Selain itu anak mampu berfikir dewasa, maksudnya mampu mengatasi dan mempertangguang jawabkan apa yang telah diperbuatnya, mengatasi masalah serapi mungkin dan berperilaku serta berfikir positif. Dari dukungan dan pola asuh orang tua yang baik proses kedewasaan akan tercemin pada anak. Nah sebaiknya sebagai orang tua harus memberi contoh yang baik kepada anaknya.

Sumber: http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/02/macam-macam-pola-asuh-orang-tua.html